Sihir Membaca

Membaca. Sebagaian orang, utamanya generasi Z, menganggap kata itu horor. Mereka membayangkan rangkaian kata dan kalimat yang tak berujung. Saking panjangnya bacaan. Akan tetapi sebagian lainnya begitu bersemangat mebayangkan betapa asyiknya berpetualang dalam untaian belantara kata itu.

Saya adalah satu dari mereka yang senang membaca. Saya senang membaca teks atau buku apa saja, terutama kisah fiksi. Cerpen dan Novel juga biografi. Ratusan cerpen, belasan novel, dan beberapa buah biografi sudah Saya baca.
Tentunya ada hal unik yang saya rasakan tatkala membaca. Petualangan. Ketika membaca cerita, yang kebetulan sudut pandangnya adalah orang pertama maka otomatis Saya akan menikmati petualangan imajinasi tokoh "Aku". Luar biasa. Terlebih bila ceritanya detektif. Bisa-bisa Saya yang hanya membaca bisa ikut gemetaran dan berkeringat dingin. Saya juga menikmati bak seorang pengamat/penonton bola bila sudut pandang ceritanya orang ketiga. Di luar cerita. Bayangkan saja bagaimana serunya menjadi penonton bola yang kadang-kadang kecewa, mendesah, berteriak, dan masih banyak lagi ekspresi lainnya. Betapa nikmatnya bepetualang. Bagaimana dengan kamu?


Share:

Pembunuh Tersadis

Setelah baca judul artikel ini, kalian pasti membayangkan seseorang yang sadis. Membawa pistol dan tanpa ba bi bu menembak kepala orang. Atau seseorang membawa pedang dengan entengnya menebas leher seseorang. Merobek perut hingga usus terburai. Memang betul mereka adalah gambaran pembunuh sadis. Seperti yang biasa kalian tonton di film-film action produksi dalam atau luar negeri. Tapi bukan pembunuh itu yang hendak saya kisahkan. Adalah pembunuh sadis tanpa senjata. Adalah pembunuh sadis yang membunuh bukan musuh di luar dirinya melainkan dirinya sendiri. Cukup aneh. Dan memang benar-benar aneh.
Pembunuh tersebut adalah ketakutan. Iya ketakutan. Karena takut kita tidak berani bertemu orang. Karena takut kita tidak berani ke pasar. Karena takut kita tidak berani belajar mengemudi. Karena takut kita kelu untuk mengutarakan pendapat. Karena takut kita tidak berani mencoba hal-hal baru. Dan banyak lagi akibat lainnya disebabkan oleh rasa takut. Ayo, mana lebih sadis antara gambaran orang-orang tersebut di awal atau rasa takut yang diam-diam membuat kita lumpuh?
So, bagaimana caranya mengatasi pembunuh sadis itu? Pastinya ada cara. Yang pertama dan utama adalah tahu bahwa rasa takut adalah pembunuh sadis. Dengan mengetahui hal itu, ketika kita merasa takut kita akan berusaha melawan perasaan itu. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Contohnya apa? Misalnya, ketakutan muncul ketika besok kita akan berpidato di depan massa. Ketika tahu bahwa takut adalah pembunuh pikiran tersadis yang akan melemahkan kita, maka kita harus lawan. Salah satu caranya adalah mempersiapkan bahan-bahan pidato dengan baik, berlatih berpidato sehingga pemenggalan-pemenggalan kata benar-benar dikuasi. Dengan melakukan persiapan-persiapan tersebut maka dapat dipastikan "pembunuh sadis" tersebut akan tak ada baunya lagi. Lenyap. Dan pembunuh sadis itu hanya akan abadi dalam imajinasi tanpa pernah terjadi.


Share:

Popular Posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Ad Code

Responsive Advertisement

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *

Labels