Surat untukmu, Kakak!

Secara tiba-tiba ketika sedang mencuci pakaian, mengingat kuliah jam ij kl tidak jadi dilaksanakan, pikiran saya melayang ke Desa Bakas, Desa dimana saya dan 17 orang teman-teman dari berbagai jurusan di Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) ber-Kuliah Kerja Nyata. Satu demi satu peristiwa yang kami lewati bersama dan figur-figur muncul di kepala sementara tangan tetap tegar mengayunkan sikat cucian. Muncul expresi serius Pak Mekel yang sejatinya menyembunyikan sifat humoris beliau. Muncul Pak Sekdes, yang begitu kentara menahan air mata saat kami perpisahan. Ibu Agung Anom, yang begitu hangat dan humoris, terima kasih senampan kopi dan jajan Balinya yang sesungguhnya kami garap berempat pas dekorasi perpisahan (hahaha). Pak De Ucung, yang selalu muncul dengan joke-joke-nya yang hangat (semoga belum melahirkan ya Pak). Pak Mur (Mr. Bagleg) yang begitu perhatian menengok kami ke posko, membelikan baby corn meskipun kami minta jagung bakar (wkwkwk), yang selalu siap jadi tempat penampungan kunjungan saya dan beberapa teman-teman (salam hormat untuk Ibu ya Pak). Wajah-wajah dan expresi warm and friendly dari mbo Erna, Mbo Kadek, Ibu Dayu, Bli Tut Sila silih berganti menari dalam pikiran saya. Terima kasih atas kehangatan yang Bapak/Ibu, Bli/Mbok berikan hingga saya masih merasakan kehangatan itu hingga kini.
Tak terasa, potongan baju terakhir selesai saya sikat. Saya pun bergegas membilas dan bersiap untuk ke jemuran. Namun apalah dayaku yang hanya manusia biasa yang masih belum mampu mengendalikan perasaan. Derap langkah dan teriakan-teriakan kecil adik-adik kami di rumah cerdas kembali bergaung disela-sela suara kibasan pakaian yang saya jemur. Senyum-senyum kegirangan mereka serasa begitu nyata didepan mata. Akupun teringat saat pertemuan formal kami di rumah cerdas, mereka membuat surat untuk kami. Ada beberapa yang secara khusus diberikan untukku.
Adik-adikku, izinkan kakak untuk mengabadikan coretan tangan tulus kalian pada halaman ini. Kakak takut, tulisan-tulisan yang mewakili hati kalian saat itu (semoga tetap sama sampai sekarang) digerus derasnya lembar-lembar tugas kuliah kakak yang semakin tanpa ampun. Berikut surat dari adik-adik yang masih kakak simpan.


  
Dari: Esti
I am so happy to meet you
When you teach me, when we laugh together.
When we do everything
Thank you so much
Let me express my gratitude to you
Thank you for your appreciation
You are quite cool and so wonderful
I hope you will be better in your future.


Dari: Ni Putu Eka Lastia Anjani
Kak Sastra,
Terima kasih untuk semuanya. Kak Sastra sangat baik sekali. Kak Sastra, aku sayang Kak Sastra. Terima kasih untuk belajar membaca. Kak Sastra sangat sabar, tidak pernah marah. Kalau aku nakal Kak tidak pernah marah. Aku sangat sayang Kak Sastra. Aku cinta Kak Sastra. Terima kasih Kak Sastra.


Dari: Sanela
Untuk Kak Sastra
Saya berterima kasih kepada Kak Sastra yang telah mengajar saya agar bisa belajar Bahasa Inggris. Mungkin saya belum bisa belajar Bahasa Inggris tapi saya akan belajar Bahasa Inggris seterusnya agar bisa seperti Kak Sastra. Sekian kesan saya kepada Kak Sastra dari Sanela. I love you Kak Sastra.


Dari: Ni Kadek Dwi Cahyanti
Untuk Kak Sastra,
Saya sangat senang karena Kak Sastra itu baik dan ganteng.


Dari: I Wayan Gede Mus Artawan
Untuk Kak Sastra terima kasih Kak Sastra telah mengajar kami dan mengajar membaca dan menghitung dan bercerita dan Bahasa Bali. Terima kasih kak Sastra telah mengajar kami sampai pintar.


Dari: Ni Komang Indah Septi Ani
Untuk Kak Sastra saya sangat senang belajar bersama Kak Sastra.


Dari: Ica
Aku suka sama Kak Sastra karena Kakak Ganteng


Dari: Lisna
Saya senang belajar di Rumah Cerdas karena Kak Sastra ganteng.

Terima kasih adik-adikku, KAKAK MENCINTAIMU. Sampai bertemu dilain kesempatan. Semoga kita mejadi orang sukses dan tentunya berguna untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

[Ku tulis ini dalam suasana yang haru. Tidak usah dimaafkan kalau ternyata isinya kurang menyentuh, karena concern saya adalah mengarsipkan surat dari adik-adikku, bukan untuk membuat senang orang lain]





Share:

Kawan! Aku Rindu Desa

Ku intip waktu di desktop laptopku. Ah, ternyata baru pukul 22.18 WITA. Waktu masih belum terlalu malam meski serial Mahabrata barangkali sudah bersambung. Akan tetapi, kok dunia berubah begini sunyi? Ku langkahkan kaki dan perlahan kuputar gagang pintu kamarku. Benar! aku sudah di kota.  Tapi, kenapa harus sepi? Bukankah kota seharusnya ramai? Seharusnya selalu hidup? Sebentar ku tenangkan diri kawan. Ku tengok kanan dan kiri dan akhirnya kebingunganku terjawab. Aku sendiri!
Kawan, waktu sekian minggu ku lewati bersamamu bukanlah waktu yang singkat. Banyak hal yang ingin ku ulang bersamamu. (Kamu mau ngulang apa bersamaku?) Banyak hal kawan. Apa kamu sudah siap mendengarkan ku? Yowis, lepas dulu headsetmu biar ndak ada yang kelewatan. Aku ingin bercerita panjang lebar. Kawan, aku rindu desa. Desa dimana dulu kita hidup bersama bak gerombolan bebek. Tapi intinya bukan itu. Aku rindu teriakanmu yang memekakkan telingaku waktu subuh. Kenapa? Karena sekarang aku ndak ada yang ngurus kawan. Tadi saja aku bangun jam 08.00 dan baru bangkit dari tempat tidur jam 09.00. Lumayan kan dapat waktu satu jam baca perkembangan politik tanah air yang carut marut. Yang sudah tidak lagi memikirkan harga diri. Dimana plin plan itu sudah biasa yang penting popularitas diri dan partai meningkat. Sudahlah!
Kawan, kamu tahu nggak? Disini aku sudah meninggalkan kebiasaan kita dulu. Kebiasaan minum kopi atau sekadar teh manis di pagi hari. Disini aku sudah tidak bisa lagi dapat gratis. Jujur, aku ingin kembali ke desa. Kamu pasti masih ingat kan, setiap kita ke rumah Pak Mekel, Pak/Bu Kaur kita pasti dapat kopi/teh manis gratis. Dan syukurnya, itu kopi dan teh pasti ndak berani keluar sendirian. Andai saja kamu bisa membaca pikiranku kawan. Kamu juga pasti tahu tujuanku mengajakmu lancong-lancong bukan hanya biar akrab, tapi biar dapat kopi. Tetapi kalau ke Pak Sekdes, kita pasti dapat Pulpy Orange, Ha..ha..ha. Gimana kalau ke Bu Anomnya? Pasti dapat yang lebih manis lagi, lumayan kan? Begitu kawan. Kamu harus tahu, hidup di masa ini gampang-gampang susah. Kamu harus bisa mencontoh elite kita yang diatas, yang selalu punya maksud lain yang gamblang atau terselubung ketika melakukan tindakan. Tapi mksudku bukan mengajari kamu membawa banyak agenda. Tapi cuma mengingatkan biar kamu ndak melupakan mereka kawan. Mereka yang tulus pantas mendapatkan balasan yang tulus. Jangan sesekali membalas air susu dengan air tuba, kecuali kamu mau ngeracun ikan bolehlah make air tuba.
Sebenarnya masih banyak yang ingin kusampaikan pada mu Kawan, tapi ini waktu sudah larut. Tarik selimut ahhhh….   

Share:

Popular Posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Ad Code

Responsive Advertisement

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *

Labels