PERAN ORANG TUA UNTUK LITERASI ANAK BANGSA

Ilustrasi orangtua membacakan buku kepada anaknya. (foto : google image)


Memiliki literasi yang baik merupakan hal yang amat penting. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi V disebutkan bahwa literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Lebih detail literasi baca tulis didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memahami isi teks tertulis dan menggunakannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri, serta kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial’. Dengan demikian, literasi berperan penting bagi umat manusia dalam upaya memperoleh serta mengembangkan pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena berbagai informasi pada beragam jenis sumber bacaan bisa diperoleh dengan membaca. Informasi tersebut bisa diperoleh secara efekif untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari hanya bila kemapuan membaca yang baik sudah dimiliki. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan membaca masyarakat Indonesia terutama anak-anak masih tergolong rendah. Hasil dari studi kemajuan literasi membaca internasional (PIRLS) 2011 menunjukkan bahwa pencapaian membaca siswa Indonesia kelas 4 berada dibawah Singapura, bahkan nilai rata-rata dari studi tersebut. Kemudian, hasil PISA 2015 juga tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Nilai rata-rata membaca siswa Indonesia juga masih berada dibawah nilai rata-rata negara-negara partisipan. Fakta ini secara tidak langsung memberikan warning atau peringatan kepada semua pihak untuk lebih memperhatikan literasi anak bangsa.
Keluarga adalah salah satu pihak yang penting dalam bertanggungjawab untuk meningkatkan literasi anak bangsa. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan terdekat bagi anak-anak. Disamping itu, anak-anak menghabiskan waktu jauh lebih banyak di rumah bila dibandingkan dengan waktu mereka belajar di sekolah. Dengan demikian, kebiasan membaca untuk membentuk literasi yang bagus akan sangat efektif dikembangkan di keluarga. Orang tua dalam hal ini memiliki peran vital untuk mengkondisikan anak-anak mereka agar terbiasa membaca dengan memberikan teladan dan menyediakan bahan-bahan bacaan yang memadai. Memberikan teladan dimaksudkan agar orang tua tidak hanya menyuruh anak-anaknya untuk membaca tetapi mereka juga harus membaca. Ini bukan berarti bahwa orang tua harus ikut membaca buku-buku pelajaran anak-anaknya. Mereka bisa membaca sumber bacaan lainnya seperti koran, majalah, novel, dan lain-lain. Fakta terpotret di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak orang tua yang sampai marah-marah menyuruh anak-anaknya belajar atau membaca sementara merekanya asyik menonton TV, YouTube, bersosial media, atau bahkan ngerumpi dengan tetangga. Kegiatan-kegiatan seperti ini bukan teladan yang pas untuk dilakukan ditengah upaya untuk menumbuhkan minat baca anak-anak. Karakter anak-anak salah satunya adalah ikut-ikutan. Mereka akan melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Bagaimana mungkin mereka mau membaca bila orang-orang disekitarnya asyik menonton TV, YouTube, atau ngerumpi? Yang ada mereka ikut melakukan hal tersebut. Sehingga penting bagi orang tua untuk menyediakan waktu bagi anak-anak untuk belajar atau membaca dan ikut serta untuk memberikan contoh. Matikan TV, jauhkan handphone, hentikan obrolan yang tidak perlu, dan temani anak-anak belajar/membaca. Ini harus dilakukan sampai anak-anak memiliki kecintaan terhadap membaca. Selain memberikan teladan, orang tua juga harus menyediakan bahan-bahan bacaan untuk anak-anaknya. Bahan bacaan yang disiapkan harus disesuaikan dengan minat anak-anak. Belikan mereka novel bila mereka suka membaca novel. Belikan mereka komik bila mreka suka membaca komik. Belikan mereka buku kumpulan puisi bila mereka suka berpuisi.
Ingat, ORANG TUA SUKA MEMBACA, MAKA ANAK-ANAKNYA PASTI SUKA MEMBACA.  Karena “BUAH JATUH TIDAK JAUH DARI POHONNYA”

Bagaimana para orang tua? Setuju?  

      

Share:

Aku Harus Belajar dari Muridku!

Hasil gambar untuk digital native vs digital immigrant



Manusia dibagi ke dalam beberapa generasi seperti Generasi Era Depresi, Generasi Perang Dunia II, Generasi Pasca-PD II, Generasi Baby Boomer I, Generasi Baby Boomer II, Generasi X, Generasi Y alias Milenial, lalu Generasi Z. Generasi sekarang, manusia yang lahir dari 1995 hingga sekarang, termasuk ke dalam Gen Z. Generasi ini tentu berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Gen Z memiliki karakter-karakter unik yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi terutama  internet. Sebagai generasi yang lahir di jaman teknologi yang sudah berkembang pesat, adalah hal yang biasa dari sejak balita mereka sudah bisa mengoperasikan HP (Smart phone). Dibandingkan dengan Gen Y (millennial), dimana merupakan generasi yang setengah-setengah dalam artian setengah menikmati era sebelum ada internet dan setengah setelahnya, Gen Z adalah digital native.  

Kenyataan ini sudah tentu berimplikasi pada dunia pendidikan, terutama bagaimana pendidik  sebaiknya bertindak dalam era digital ini sehingga tetap bisa diterima oleh anak didiknya (Gen Z). Jawabannya tegas: siap berubah. Pendidik harus siap dan sigap beradaptasi serta fleksibel dengan dinamika-dinamika yang ada termasuk siap belajar. Pendidik harus siap belajar menyesuaikan diri dengan kebutuhan siswanya. Guru harus siap mengajar dengan cara-cara yang diinginkan oleh siswanya. Sudah kadaluarsa bila ada pendidik yang menganggap dirinya sebagai pemegang otoritas absolut tanpa menghiraukan jeritan-jeritan siswanya tentang bagaimana pembelajaran harusnya dilakukan. Gen Z merupakan generasi yang akan bergembira dan antusias bila guru memutarkan video daripada disuruh untuk membaca buku. Itu disebabkan karena mereka menyukai media belajar audio visual. Hal-hal seperti ini yang harus diperhatikan oleh para pendidik Gen Z. 

Bila ada pendidik bertanya (semoga tidak), "Bagaimana saya harus mengoperasikan alat-alat yang begitu asing bagi saya?" Jawabannya, BELAJARLAH DARI MURIDMU TENTANG HAL-HAL TEKNIS SEPERTI ITU dan idenya tetap dari anda!


Singaraja, 08 Mei 2018
SG
       

Share:

Definite Article: The



Saksikan video berikut ini untuk mengetahui tentang Definite Article "The". Jangan lupa klik Like, Comment, dan Subscribe!
Share:

PERJUANGAN “GURU RUPAKA”

Pic. taken from: https://www.vebma.com/



Guru Rupaka” dalam istilah Agama Hindu adalah orang tua yang terdiri atas ayah dan ibu. Mereka adalah orang yang melahirkan serta merawat kita selama bertumbuh dan berkembang dari anak-anak hingga dewasa dan akhirnya siap untuk hidup mandiri. Dan tentu saja mereka tetap akan memperhatikan kita selama mereka masih hidup.
Demikian pula halnya dengan orang tua ku yang telah melahirkan dan merawat hingga aku remaja seperti sekarang. Jujur saja orang tua ku bukanlah orang kaya dan bukan pula miskin dalam artian sempit. Ya dari perspektif harta benda. Mereka miskin uang dan harta benda tetapi sangat kaya akan kasih sayang dan senantiasa berjuang demi anak-anaknya. Memberikan nasihat bukan berarti harus marah. Aku masih begitu terngiang ketika dahulu waktu aku kecil petuah-petuah yang lembut diberikan kepada ku. Mereka tidak pernah marah kecuali kalau memang aku terlalu nakal (maklumlah masih kecil). Biasanya, kalau pas sedang dijalan mau pulang ke gubuk dari lancong ke rumah tetangga atau kakek dari Ibu ku, pasti akan ada evaluasi atas tindakan-tindakan ku yang kurang terpuji selama berada dirumah yang kami kunjungi agar selanjutnya tidak terulang kembali. Begitu detail evaluasinya.
Disamping itu, perjuangan mereka demi anaknya juga luar biasa. Meskipun mereka tidak kaya, tetapi mereka tetap memperhatikan perkembangan masyarakat. Ketika anak-anak seangkatan saya bisa bersepeda, merekapun berjuang agar bisa membelikan saya sepeda. Meskipun baru bisa tercapai ketika aku hampir lulus SD dan teman-teman sebayaku sudah dari kelas 1 SD bahkan sudah membawa sepeda ke sekolah. Ketika, teman-teman ku waktu SMP sudah memegang dan lancar bermain HP, orang tua ku juga tidak diam. Beliau berpikir untuk membelikanku meskipun baru terwujud ketika aku sudah SMA yang kebetulan di pulau seberang. Sehingga, sekaligus untuk mempermudah komunikasi saya pun dibelikan HP. Tak hanya itu, beliaupun akhirnya berusaha dan mampu membelikanku sepeda motor setelah 2 tahun masa SMA aku harus menyusuri jalanan perkotaan untuk menuju dan pulang dari sekolah.
Terima kasih Beli/Mbok (Ayah/Ibu). Perjuangan mu untuk ku, anakmu, luar biasa. Izinkan agar tetap ingat dan bersyukur memiliki orang tua seperti Beli dan Mbok


Singaraja, 11 Januari 2018 
Share:

Popular Posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Ad Code

Responsive Advertisement

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *

Labels