Expressions of Suggestion (Ungkapan-Ungkapan Saran)

Ingin tahu tentang ungkapan-ungkapan saran/usul dalam Bahasa Inggris? Dalam video ini dijelaskan tentang ekspresi yang dapat digunakan untuk meminta, memberi, menerima,dan menolak saran serta contoh penggunaannya dalam dialog. 

Tonton video berikut dan jangan lupa untuk Subscribe!

    



Share:

HANYA SOAL WAKTU

Ibu, 
Sudahlah jangan risau
Apalah gunanya engkau galau
Bila engkau dengar kodok mengigau 
Atau lolongan anjing yang parau
Takdirnya memang begitu
Bukankah kita hidup di desa

Ayah,
Tak perlu menyendiri
Apalagi memasukkan ke hati
Jangan biarkan mereka menari
Menari ketika melihat kita berlari
Mengapa takut pada anak anjing?
Toh suaranya saja yang melengking
Bak anjing tua yang tak mampu menggigit

Kemarilah, akan kubisikkan sesuatu
Kalian tenang sajalah
Ini tak lebih dari soal waktu
Juga pilihan lika dan liku
Toh semua ditentukan Yang Maha Tahu
Bila yakin ini barang tentu
Lalu kenapa harus ragu? 

Bila sudah waktunya
Tak ada yang bisa mengganggu
Tak juga kau atau aku apalagi mereka
Yakinlah, aku akan bersatu dalam biduk perahu bersamanya
Karena ini hanya soal waktu. 

Oleh: I.W.S. Gunada
(Nusa Penida, 26 Juni 2020; 24.00)

Share:

SAHABAT LAUTKU

Riak tawamu menyapaku
Kala senja menjemput siangku
Seakan meledek
Seakan mengejek

Termenung, ku terduduk di atas hamparan pasir
Menatap wajahnya dengan tatapan getir
Ia tampak tertawa kecil dengan wajah berseri
Sial oh sial...
Ternyata...
Hanyalah bayang-bayang kenangan

Dulu, 
Dulu kau tak seberani ini
Dulu bahkan kau sahabat sejati
Yang selalu menjembatani
Kini kau jadi pembenci
Kau menghalangi
Bahkan kau tak mau kompromi

Sahabatku, 
Berbaik hatilah padaku
Walau ku tahu aku tak punya daya tawar
Hanyalah daya minta mampuku
Jelas kau tahu itu
Tapi,
Aku benar-benar rindu
Rindu pada senyum dan tatapannya yang syahdu,
Tolong antarkan aku menyebrang
Tolong berbaik hatilah sahabatku, lautku.

Oleh: I.W.S. Gunada
(Nusa Penida, 27 Juni 2020; 17.36 WITA)

Share:

RECOUNT TEXT

Halo learners, apa kabar? Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat ya. Apakah learners pernah liburan atau berkunjung ke suatu tempat? Lalu apakah learners menceritakan liburan kalian tersebut kepada sahabat learners? Nah tahukah kalian bahwa ketika kalian menceritakan tentang liburan yang telah kalian lakukan kalian sedang menggunakan Recount text. 
Pada halaman ini akan dibahas tentang recount text yang meliputi:
1. Pengertian recount text.
2. Generic structure dari recount text, dan
3. Unsur-unsur kebahasaan recount text. 

Pengertian Recount Text
Recount text adalah sebuah jenis teks yang bertujuan untuk memberitahu pembaca tentang kejadian-kejadian atau pengalaman-pengalaman masa lampau. Terdapat 2 jenis recount text, yakni personal recount dan factual recount. Personal recount menceritakan tentang pengalaman pribadi masa lampau penulis yang sederhana dan bersifat personal seperti tulisan pada diari (buku harian). Sementara factual recount menceritakan tentang kehidupan masa lampau orang tertentu, biasanya orang penting, terkenal, fenomenal, dan menginspirasi. Text biografi dan autobiografi termasuk kedalam jenis factual recount. 

Generic Structure dari Recount Text
Struktur Recount text terdiri dari 3 komponen utama, yakni:
1. Orientation (orientasi); merupakan bagian awal dari recount text. Pada bagian ini diceritakan tentang siapa atau apa kejadian masa lampau yang diceritakan, kapan, dan dimana.
2. Events (kejadian); merupakan bagian setelah orientation. Pada bagian ini diceritakan tentang urutan kejadian masa lampau.
3. Re-orientation (bisa disebut dengan kesimpulan); merupakan bagian penutup dari recount text. Pada bagian ini learners memberikan komentar pribadi terkait pengalaman learner, apakah menyenangkan atau kurang menyenangkan.

Unsur-Unsur Kebahasaan Recount Text
Recount text memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai penanda khusus, seperti:
1. Fokus pada lingkaran terdekat learners sebagai penulis, misalnya; I (saya), my family (keluarga saya), my friends (teman saya).
2. Menggunakan keterangan waktu masa lampau, seperti: last night (tadi malam), yesterday (kemarin), a week ago (minggu lalu), dan sebagainya.
3. Menggunakan keterangan tempat, seperti: at home (di rumah), at school (di sekolah), in Nusa Penida (di Nusa Penida), dan sebagainya.
4. Menggunakan kata penghubung kronologi, seperti: then (lalu), after that (setelah itu), later on (nanti), dan sebagainya.
5. Menggunakan kata kerja penghubung dan kata kerja bentuk lampau yang berkaitan dengan panca indra, seperti: was, were, saw (verb 2 dari see yang berarti melihat), heard (verb 2 dari hear yang berarti mendengar), thought (verb 2 dari think yang berarti berpikir), dan sebagainya. 
6. Menggunakan kata kerja aksi bentuk lampau, seperti: walked (berjalan), ran (berlari), spoke (berbicara), dan sebagainya.
7. Sudah tentu menggunakan Past tense. 

Bagaimana sahabat learners? Sudah mulai paham bukan? Lalu contoh dari recount text seperti apa kira-kira? Yuk lanjutkan baca contohnya berikut ini:

Contoh Recount Text
Two weeks ago, my brother and I visited Kelingking beach. [Orientation]

After prepared everything we went there at around 7.30 in the morning. We rode a motor bike. It took about 1 hour to finally arrived there. Firstly, we parked our motor bike at parking area. Thenwe walked to enjoy the beautiful panomara of the beach closely. We saw a lot of people, domestic and foreign visitors, already there. To get on the beach, we had to walked down again for about 30 minutes. However, we decided not to go down. [Events]

So, it was our great day of having experience enjoyed one of the best tourist destination in Nusa Penida, Bali. [Re-orientation]

Nah, sekarang learners sudah semakin paham bukan? 
Untuk memantapkan pemaham learners, silakan kerjakan suruhan berikut dan tuliskan jawaban kalian pada kolom komentar dibawah!
1. Mention past adverbs of time exist in the example of the recount text above!
(Sebutkan keterangan waktu lampau yang ada pada contoh teks recount di atas!)
2. Mention adverbs of place exist in the example of the recount text above! 
(Sebutkan keterangan tempat yang ada pada contoh teks recount di atas!)
3. Mention chronological connectors (kata penghubung kronologi) used in the example of the recount text above!
(Sebutkan kata penghubung kronologi yang digunakan pada contoh teks recount di atas!)
4. Mention past verbs used in the example of the recount text above! 
(Sebutkan kata kerja lampau yang digunakan pada contoh teks recount di atas!)





Share:

MERDEKA BELAJAR: REVOLUSI PENDIDIKAN DAN TANTANGAN BAGI GURU

Baru-baru ini menteri pendidikan dan kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, meluncurkan konsep "Merdeka Belajar". Konsep ini didasari oleh semangat untuk memperbaiki arah pendidikan Indonesia yang selama ini terlalu fokus pada budaya administrasi pendidikan ke arah budaya pembelajaran. Tentu saja ini adalah sebuah kabar baik, karena budaya pendidikan kita dikembalikan ke jalan yang sesungguhnya. Guru-guru kita yang selama ini waktunya habis untuk mengerjakan administrasi akan memiliki lebih banyak waktu berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa-siswa. Dengan demikian, konsep "Merdeka Belajar" dapat dipandang sebagai gerakan revolusi dalam dunia pendidikan sekaligus pada saat yang bersamaan merupakan tantangan baru bagi guru-guru Indonesia.
Konsep "Merdeka Belajar" merupakan solusi  untuk memerdekakan unit instansi pendidikan melakukan inovasi dan membentuk budaya baru dunia pendidikan(budaya pembelajaran). Inovasi atau penemuan/aplikasi konsep/hal baru di unit-unit pendidikan amat diharapkan. Sekolah diharapkan menjadi pusat inovasi sains dan teknologi sesuai dengan jenjangnya masing-masing. Artinya, saat ini sekolah tidak hanya menjadi pengguna tetapi pelaku utama untuk menemukan/menghasilkan sesuatu yang pas dan bermanfaat untuk kemudian dapat diterapkan minimal di unitnya masing-masing. Inovasi kontekstual ini sangat baik mengingat setiap unit instansi pendidikan memiliki keunikan masing-masing. Inovasi-inovasi yang berhasil diterapkan di suatu tempat belum tentu berhasil di tempat lain karena budayanya yang berbeda. Sehingga pendidikan diharapkan mampu memberikan solusi. 
Selama ini, guru-guru Indonesia dibebani oleh tugas-tugas administrasi yang tidak sedikit. Sementara tugas utama guru-guru adalah membelajarkan siswa. Tentu saja hal ini berdampak pada berkurangnya waktu mereka untuk mempersiapkan materi, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi. Melalui konsep "Merdeka Belajar" budaya administrasi pendidikan di arahkan ke budaya pembelajaran. Guru-guru Indonesia sekarang bisa lebih banyak fokus membidani tugas utamanya untuk membelajarkan siswa. Interaksi dan komunikasi dengan siswa bisa lebih meningkat. Selain itu, beberapa implikasi dari lahirnya konsep ini adalah perubahan mendasar beberapa hal, yakni: UN diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimal dan survey karakter, format pelaksanaan USBN dikembalikan ke masing-masing sekolah, penyederhanaan RPP, dan penambahan kuota jalur prestasi hingga 30%.  
Dengan beberapa perubahan yang mengiringi konsep “Merdeka Belajar” ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru-guru Indonesia. Misalnya, ketika format USBN dikembalikan ke masing-masing sekolah, guru-guru kita harus mulai memikirkan bentuk isntrumen atau jenis penilaian yang akan diberikan untuk mengetahui pemahaman siswa. Terlebih, pesan mendikbud penilaian yang dilakukan seyogyanya tidak hanya mengukur pengetahuan (kognitif) saja melainkan penilaian komprehensif untuk mengukur kompetensi siswa. Contoh yang lain misalnya penyederhanaan RPP, maukah guru-guru lama (sudah lama menjadi guru) mencoba merancang RPP 1 halaman atau lebih memilih menggunakan RPP yang super detail karena tinggal ganti tahun? Dan yang terpenting adalah guru-guru kita harus mampu menggeser pembelajaran menjadi berpusat pada siswa dan membentuk siswa berkarakter unggul. Guru-guru harus memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pemahaman atas materi-materi yang dipelajari. Dengan kata lain, disamping sebagai lecturer (penceramah), guru harus siap lebih menjadi inspirator, fasilitator, dan motivator bagi para siswa. Selanjutnya guru juga harus memberikan perhatian serius terhadap karakter siswa. Hal ini penting karena karakter memiliki peran penting agar seseorang bisa bertahan dalam hidup dan kehidupan. Karakter seperti menghargai pendapat orang lain, santun, gigih, jujur akan mendukung 4 kompetensi abad 21, yang mesti dimiliki, yakni berpikir kritis, kreatif, kolaborasi, dan komunikasi. Uniknya, karakter tidak dapat diajarkan tetapi dibiasakan dan diberikan keteladanan. Sudahkah guru-guru Indonesia siap memberikan contoh/keteladanan yang baik atau hanya sibuk mencari pembenaran?
Akhirnya, konsep “Merdeka Belajar” mesti dipandang sebagai sebuah gerakan revolusi pendidikan yang harus kita dukung dan sebagai guru kita harus adaptif, dengan segera dapat memosisikan diri sesuai dengan tuntutan zaman dan kebijakan.



Share:

Popular Posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Ad Code

Responsive Advertisement

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *

Labels