Leave-Taking Expressions (Ungkapan Pamitan)
EXPRESSING HOPE, WISH, AND CONGRATUALTION
Berikut adalah materi terkait Expressions of Hope, Wish, and Congratulation (Ungkapan Harapan, Doa, dan Selamat). Selamat membaca!
Greeting Expression (Ungkapan Sapaan)
PERTEMUAN 1 PENGENALAN TOPIK DAN KONTRAK KELAS
Senin, 26 Juli 2021
Pada hari ini dilaksanakan Virtual Meeting melalui Google Meet dengan siswa kelas 8 SMPN Satu Atap 2 Batukandik. Pada pertemuan ini disampaikan topik-topik yang akan dipelajari di Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022 serta pembahasan kontrak kelas.
Materi presentasi dapat didownload disini
EXPRESSING SUGGESTION
Suggestion merupakan ungkapan saran/himbauan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Saran yang diberikan tersebut dapat diterima atau ditolak. Berikut merupakan pola kalimat untuk memberikan saran dalam Bahasa Inggris:
1. Subject + should + Verb 1 (Kata Kerja Pertama)
Contoh: You should study harder to get better grade (Kamu seharusnya belajar lebih giat untuk memperoleh nilai yang lebih baik).
2. Shall + subject + Verb 1 (Kata Kerja Pertama)
Contoh: Shall we go to library? (Akankah kita ke perpustakaan?)
3. How about …
Contoh: How about visiting Penida beach this afternoon? (Bagaimana kalau mengunjugi pantai penida sore ini?)
4. What about …
Contoh: What about studying together at my house tomorrow? (Bagaimana kalau belajar Bersama di rumah saya besok?)
5. Subject + had + better
Contoh: You had better call
your parents before going anywhere (Kamu lebih baik menelpon orang tuamu
sebelum pergi kemanapun).
Apabila setuju atau sependapat dengan saran yang diberikan, maka kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan berikut untuk menyatakan persetujuan:
- That’s a good idea (Itu ide yang baik)
- That’s right (Itu benar)
- Okay, let’s do it (Baiklah, ayo kita lakukan)
- Thanks for your suggestion (terima kasih atas saranmu)
Namun apabila tidak sepakat, kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan berikut:
- I don’t think it’s a good idea (Saya tidak berpikir ini ide yang bagus)
- Sorry but that won’t work (Maaf tapi itu tidak akan berhasil)
- Sorry but that’s not a good idea (Maaf tapi itu bukan sebuah ide yang baik)
Penggunaan ungkapan-ungkapan suggestion (saran) dalam percakapan
dapat dilihat dalam contoh dialog berikut:
Dialouge 1:
Leo |
: |
Do you have any plan for next
Sunday? (Apakah kamu memiliki rencana untuk
hari Minggu depan?) |
Adi |
: |
Not really. How about you Leo? (Tidak. Bagaimana denganmu Leo?) |
Leo |
: |
How about visiting Kelingking beach? (Bagaimana kalau mengunjungi pantai
Kelingking?) |
Adi |
: |
Okay, let’s do it! (OK. Ayo!) |
Dialogue 2:
Niken |
: |
It’s nearly 12 o’clock. Let’s have
some food. (Ini hampir pukul 12. Ayo kita makan) |
Adiana |
: |
Alright. What do you want to eat? (Baik. Mau makan apa?) |
Niken |
: |
What about eating fried rice
with egg? (Bagaimana kalau nasi goreng dengan
telur?) |
Adiana |
: |
Sorry, but I have allergy with
egg. Shall we have fried
rice without egg? (Maaf, tapi saya alergi telur. Bagaimana
kalau nasi goreng tanpa telur?) |
Niken |
: |
It’s alright. (Tidak masalah). |
EXPRESSING PROHIBITION
Prohibition (larangan) merupakan tindakan atau perintah yang melarang atau
tidak mengizinkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam Bahasa Inggris
terdapat ungkapan-ungkapan tertentu untuk mengungkapkan larangan atau Expressions
of Showing Prohibition. Fungsi dari ungkapan-ungkapan tersebut jelas untuk
menuliskan larangan dalam Bahasa Inggris. Ungkapan-ungkapan larangan tersebut
diantaranya:
No. |
Ungkapan |
Contoh Kalimat |
1. |
It is prohibited to … |
It is prohibited to activate cell phone during flight (Dilarang mengaktifkan ponsel selama penerbangan) |
2. |
You aren’t allowed to … (aren’t = are not) |
You aren’t allowed to eat in classroom (Anda tidak diijinkan untuk makan di ruang kelas) |
3. |
You mustn’t … (mustn’t = must not) |
You mustn’t litter around (Jangan membuang sampah sembarangan) |
4. |
You aren’t permitted to … |
You aren’t permitted to stay at school after school time (Anda tidak diijinkan tinggal di sekolah setelah jam
pulang sekolah) |
5. |
It is forbidden to …. |
It is forbidden to use school laboratory without permission (Dilarang menggunakan laboratorium sekolah tanpa
izin) |
Selain dengan ungkapan-ungkapan di atas, kalimat larangan juga dapat dibentuk dengan pola berikut:
1. must not + Verb 1 (Kata Kerja Pertama)
“must not + Verb 1” ini
digunakan untuk menyampaikan larangan yang bersumber dari orang yang
mengatakannya.
Contoh: You must not litter around (Kamu tidak boleh membuang sampah sembarangan).
2. Cannot + Verb 1 (Kata Kerja Pertama)
Kata cannot yang bermakna tidak
boleh digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan aturan
yang berlaku.
Contoh: You cannot park here.” (Kamu tidak boleh parkir di sini).
3. To be + not allowed/permitted
To be + not allowed/permitted bermakna “Tidak diperbolehkan/diizinkan”. Ini
digunakan untuk menyampaikan larangan yang merupakan peraturan dan bersifat
formal.
Contoh: Eating in classroom is not allowed (Makan di ruang kelas tidak diperbolehkan).
4. To be + forbidden/ prohibited
To be + forbidden/prohibited yang bermakna dilarang digunakan untuk menyampaikan larangan yang merupakan peraturan dan bersifat formal. Contoh: Smoking is prohibited (Dilarang merokok)
5. Don’t + Verb 1 (Kata Kerja Pertama)
Ungkapan ini digunakan untuk
menyampaikan larangan yang berasal dari orang yang mengatakan dan bersifat
informal.
Contoh: Don’t open the window! (Jangan membuka jendela).
6. Not have to + Verb 1 (Kata Kerja Pertama)
Not have to + Verb 1 memiliki arti tidak harus. Ungkapan
ini digunakan untuk menyampaikan ketidakharusan dalam melakukan sesuatu.
Contoh: You don’t have to cheat for doing this test (Kamu tidak harus mencotek untuk mengerjakan tes ini.
7. Need not + Verb 1 (Kata Kerja Pertama)
“need not” berarti tidak perlu. “need not” digunakan
untuk menyampaikan sesuatu yang tidak perlu dilakukan.
Contoh: You need not take remedy if you don’t
want to
pass this subject (Kamu tidak perlu mengikuti remidi bila
kamu tidak ingin lulus pelajaran ini).
EXPRESSING OBLIGATION
Obligation adalah sesuatu yang harus dilakukan atau dilaksanakan. Untuk mengungkapkan suatu keharusan, kita menggunakan modal “must”, “have to”, dan/atau “Should”.
A. Must (Harus)
“Must” umumnya digunakan untuk menyatakan kewajiban yang datang dari diri si pembicara, bukan datang dari luar atau dari orang lain. Misalnya:
- I must take a bath before going to Sampalan. (Saya harus mandi sebelum pergi ke Sampalan); penting bagi pembicara untuk mandi sebelum pergi ke Sampalan. Ia sendiri yang mewajibkan dirinya untuk melakukan itu, tidak karena disuruh oleh orang lain.
- You must go home now. (Kamu harus pulang sekarang).
- I must visit my grandmother this afternoon (Saya harus menjenguk nenek saya sore ini).
- I must continue my study abroad. (Saya harus melanjutkan studiku di luar negeri).
“Have to” juga merupakan suatu modal yang digunakan untuk mengungkapkan suatu keharusan. Berbeda dari “Must”, “Have to” mengindikasikan keharusan yang datang dari luar dimana situasi tertentu, orang lain, atau aturan luarlah yang menciptakan keharusan tersebut. Misalnya:
- I have to wear uniform at school (Saya harus mengenakan seragam di sekolah); keharusan ini datang dari sekolah pembicara yang mengharuskannya mengenakan seragam, bukan karena kemauannya sendiri.
- I have to finish my English assignment before Friday (Saya harus menyelesaikan tugas Bahasa Inggris saya sebelum hari Jumat); keharusan menyelesaikan tugas sebelum hari Jumat ini datang dari Guru Bahasa Inggris bukan dari pembicaranya.
- Leo has to return Ayu’s dictionary tomorrow (Leo harus mengembalikan kamus Ayu besok); keharusan mengembalikan buku besok, lebih dikarenakan tempo yang diberikan oleh Ayu bukan karena niat Leo sendiri.
- Ayu had to come back home late yesterday due to helping her teacher at school (Ayu harus pulang terlambat kemarin karena membantu gurunya di sekolah).
- Yuli and Rasti had to stay at school after school time for preparing Science competition (Yuli dan Rasti harus tinggal di sekolah setelah pulang untuk mempersiapkan kompetisi Sains.
- I will have to go to Klungkung next week (Saya harus ke Klungkung minggu depan).
- I will have to return this book to school library next Monday (Saya harus mengembalikan buku ini ke perpustakaan sekolah Senin depan).
Suatu pernyataan keharusan juga dapat diungkapkan dengan modal “Should”. Akan tetapi, pernyataan keharusan yang dibuat dengan modal “should” memiliki tendensi keharusan yang lebih rendah dibandingkan dengan pernyataan keharusan yang dibuat dengan dengan modal “must” dan/atau “have to”. Pernyataan keharusan yang menggunakan modal “should” lebih mengindikasikan suatu nasihat daripada keharusan.
- must/have to = 100% menyatakan keharusan. Misalnya: Students must wear uniform at school (siswa harus mengenakan seragam di sekolah).
- should = 50% keharusan. Misalnya: You look tired. You should have a rest (Kamu kelihatan lelah, kamu sebaiknya istirahat).
PERTEMUAN 1 PENGENALAN TOPIK DAN KONTRAK KELAS
Jumat, 23 Juli 2021
Pada hari ini dilaksanakan Virtual Meeting melalui Google Meet dengan siswa kelas 9 SMPN Satu Atap 2 Batukandik. Pada pertemuan ini disampaikan topik-topik yang akan dipelajari di Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022 serta pembahasan kontrak kelas.
Materi presentasi dapat didownload disini
PERTEMUAN 1 PENGENALAN TOPIK DAN KONTRAK KELAS
Google Meeting with 7th Graders |
Rabu, 21 Juli 2021
Pada pertemuan ini disampaikan topik-topik yang akan dipelajari oleh siswa di Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022. Disamping itu, pertemuan ini juga menyepakati kontrak kelas yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kelas Bahasa Inggris.
Materi yang disampaikan dalam pertemuan ini dapat diunduh pada link berikut ini Download Materi
PROCEDURE TEXT
Definition/ Definisi
“Procedure text is a text that shows a process in order. The purpose of the text is to tell the reader how to do or make something”. Artinya, Teks prosedur merupakan sebuah teks yang menunjukkan sebuah proses secara berurutan. Tujuan dari teks prosedur adalah untuk memberitahukan pembaca tentang bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu. Dengan demikian teks ini disajikan secara sistematis mulai dari tujuan, alat/bahan, dan langkah-langkah untuk memberikan pembaca informasi dan gambaran yang sejelas-jelasnya.
Generic Structure/ Struktur Umum
Teks prosedur memiliki struktur sebagai berikut:
- Goal (Tujuan)
- Tools/ Materials/ Ingredients (Alat/ Bahan)
- Steps (Langkah-langkah)
Berikut penjelasan dari masing-masing bagian di atas:
Goal
Merupakan bagian teks yang mengungkapkan tujuan dari suatu teks prosedur. Tujuan sebuah teks terkadang ditulis secara eksplisit atau bisa juga secara implisit. Apabila tujuan tidak ditulis secara eksplisit, maka pembaca dapat mengetahui tujuan teks dari judul teksnya.
Tools/ Materials/ Ingredients
Merupakan bagian teks yang memuat tentang alat atau bahan yang diperlukan untuk melakukan atau membuat sesuatu. Misalnya teks prosedur tentang Cara Membuat Kopi, maka alat yang diperlukan: Panci, Kompor, Gelas, Sendok, dll, sedangkan bahan yang diperlukan: Bubuk kopi dan gula. Alat berbeda dengan bahan. Alat merupakan sesuatu yang hanya difungsikan untuk membuat sesuatu, sehingga ketika proses pembuatan selesai alat tersebut masih ada. Sementara bahan adalah segala hal yang menjadi bahan baku pembuatan suatu produk.
Steps
Merupakan bagian teks yang memuat langkah-langkah melakukan/membuat suatu produk secara berurutan dari awal hingga akhir.
Language Features/ Unsur-unsur Kebahasaan
Teks prosedur memiliki unsur-unsur kebahasaan tertentu yang membuatnya berbeda dari jenis teks yang lain. Unsur-unsur kebahasaan tersebut, yaitu:
- Use adverbial of sequence/ Menggunakan keterangan urutan, misalnya first (pertama), second (kedua), third (ketiga), dst.
- Use command/imperative sentence (menggunakan kalimat perintah/suruhan). Misalnya: Stir it well! (Aduk dengan baik!), Pour a glass of hot water! (Tuangkan segelas air panas!), dll.
- Using action verb/ menggunakan kata kerja aksi; kata kerja aksi merupakan kata kerja yang menunjukkan suatu aksi atau Tindakan, seperti: Pour (tuangkan), stir (aduk), add (tambahkan), dll.
- Using Simple Present Tense; pola kalimat sederhana yang digunakan untuk mengungkapkan suatu kebiasaan atau fakta.
Example/ Contoh:
HOW TO MAKE A CUP OF COFFEE
Goal : Making a cup of coffee.
Tools :
- Kettle
- Stove
- Glass
- Spoon
Ingredients :
- Coffee powder
- Sugar
- water
Steps :
- pour water into kettle
- put the kettle on the stove
- turn on the stove, wait until the water is boiling
- add 1 spoon of coffee power in the glass
- add 1,5 spoons of sugar in to the glass
- pour hot water into the glass
- stir till all ingredients mixed well
- a cup of coffee is ready to serve.
Terjemahan:
CARA MEMBUAT SECANGKIR KOPI
Tujuan : Membuat secangkir kopi.
Alat :
- Ceret
- Kompor
- Gelas
- Sendok
Bahan :
- Bubuk kopi
- Gula
- Air
Steps :
- Tuangkan air ke dalam ceret
- Letakkan ceret di atas kompor
- Hidupkan kompor, tunggu hingga air mendidih
- Tambahkan 1 sendok bubuk kopi ke dalam gelas
- Tambahkan 1.5 sendok gula ke dalam gelas
- Tuangkan air panas ke dalam gelas
- Aduk hingga semua bahan tercampur dengan baik.
- Secangkir kopi siap untuk disajikan.
PERINDU MERINDU
Derap sepatu-sepatu mungil
berbaur sorak sorai kegirangan
yang biasa menyapa halaman tanah berdebu
keni telah bisu
sapaan suara-suara khas
yang terbiasa mengawali hariku
hilang ...
menyisakan ruang tanpa nyawa
Tidakkah kau rindu ruang itu?
tempat kita mengadu dan beradu
Tidakkah kau rindu deretan bangku itu?
Tidakkah kau rindu canda tawa mereka?
atau pada senyum hangatku?
Walau kadang membeku.
Sudahlah, tidak usah dijawab
aku tahu
perindu pasti merindu.
14 Februari
Aku tahu ini hari apa
Meski ku akui ini cukup mengganggu
Otakku dibuatnya terus berputar
dan berputar
bak radio mencari saluran yang jernih
Untung saja, dan aku bersyukur,
kau tak menampakkan wajah berbeda
apalagi janggal
Mungkin saja kau juga tak peduli
seperti biasanya
Mungkin juga karena kita telah sepakat
membuat definisi kita sendiri
Ah memang gila
Selalu saja kita mengada-adakan yang mengada-ada
Tapi …
benar juga, kenapa harus menyempitkan hari ini,
hanya dengan coklat dan bunga
Oh Sayang,
Untung saja kita telah sepakat
Tahun ini tak ada coklat/bunga
Hanya kecupan tulus saat nanti kau
sudah tidur
Besok juga kau tahu aku melakukan itu.
Nusa Penida, 14 Februari 2021
PERAN VITAL DAN “KERINGNYA” FILM ANAK-ANAK DI INDONESIA
Film merupakan
istilah yang amat lumrah di masyarakat. Sebagai lakon gambar hidup, sejak
dahulu kala masyarakat sudah menonton film sebagai hiburan. Film merupakan satu
bentuk karya seni yang mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat. Peran
tersebut diantaranya adalah mengenalkan keunikan budaya, adat, dan keindahan
alam suatu daerah yang berbeda dari tempat lain. Kemunculannya di layar tentu akan
menumbuhkan rasa bangga utamanya bagi masyarakat pemilik budaya, adat, dan
bentang alam tersebut. Tumbuhnya rasa bangga ini berimplikasi pada pelestarian demi
ajegnya budaya dan adat serta keasrian alamnya. Selanjutnya, film juga berperan
dalam hal pembentukan karakter penonton. Adegan-adegan yang disuguhkan dalam film akan
mempengaruhi perilaku dari penonton, terutama bagi penonton anak-anak yang
sangat mudah dan cepat dalam menirukan segala sesuatu. Selain itu, dunia
perfilman telah menjadi wahana bagi sejumlah insan-insan kreatif untuk
menuangkan kreativitas dalam karya. Terlebih saat ini film nasional cukup
mendapatkan apresiasi dari kaum muda. Hasil survei yang dilakukan oleh Saiful
Mujani Research and Consulting (SMRC) Tahun 2019 di kota-kota besar menunjukkan
bahwa 67% anak muda (15-38) menonton setidaknya 1 film nasional dan 40%
menonton rata-rata 3 film nasional di bioskop dalam setahun terakhir.
Meskipun
demikian, hasil penelitian tersebut juga mengungkap fakta yang cukup menarik
akan adanya kaum muda yang sama sekali tidak menonton film di bioskop dengan
berbagai alasan. Alasan-alasan tersebut, yakni tiket yang terlalu mahal, semata-mata
tidak suka menonton film, faktor lokasi gedung bioskop yang terlalu jauh, dan
film Indonesia tidak bermutu. Dari alasan-alasan tersebut, alasan tiket yang
terlalu mahal diamini paling banyak yaitu 39,7%.
Disaat yang
bersamaan kita ada di era kecanggihan TIK yang memungkinkan aktivitas yang
sebelumnya dipandang mustahil dilakukan. Kecanggihan TIK serta kemudahan dalam
mengakses internet telah menghadirkan platform alternatif bagi
masyarakat khususnya kaum muda sebagai technology native untuk menonton
dengan memanfaatkan internet, seperti YouTube. Sebagaimana
dikutip dari www.tek.id, pengguna YouTube
di Indonesia mencapai 93 juta. Jumlah ini meningkat 10 juta dari tahun
sebelumnya. Tentu ini adalah jumlah yang cukup besar dari total penduduk
Indonesia yaitu 270,20 juta jiwa berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020. Seiring
dengan peningkatan penonton YouTube, (dari aspek konten) rekaman Google
menunjukkan bahwa konten yang paling favorit dicari adalah konten tentang otomotif.
Hal ini ditengarai bersumber dari penonton kaum muda yang identik dengan
teknologi (IT dan Otomotif). Anggapan ini tidak berlebihan mengingat jumlah
kaum muda Indonesia (generasi milenial dan Generasi Z) adalah 53,81% dari total
270,20 juta penduduk Indonesia. Sehingga jelas terlihat bahwa kaum muda menjadi
kaum yang dominan.
Lalu, bagaimana
dampak perkembangan IT dan keberpihakan dunia perfilman Indonesia terhadap
anak-anak utamanya usia SD dan SMP?
Layaknya dua sisi mata uang, kemudahan akses internet yang menghadirkan
alternatif selain bioskop memunculkan dampak positif dan negatif. Sisi
positifnya tentu saja anak-anak dapat menonton berbagai tayangan dengan praktis
dan fleksibel melalui gadget. Ketika diarahkan dengan baik, dapat
dipastikan mereka bisa belajar banyak hal positif melalui YouTube. Disisi
lain, kemudahan ini juga dapat menjerumuskan anak-anak pada hal-hal yang tidak
pantas dan beretika. Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua ditengarai
menjadi faktor penyebabnya. Hal ini mengingat anak-anak masih belum mampu
membedakan dan memilih tayangan yang pantas untuk ditonton pada usianya. Terlebih
dalam masa Pandemi Covid-19, anak-anak belajar dari rumah dengan memanfaatkan gadget,
sementara orang tua mereka sibuk dengan pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan hasil survei nasional
yang dilakukan oleh KPAI seperti yang dimuat di https://nasional.kompas.com pada 16 Agustus 2020. Survei tersebut menunjukkan bahwa
22% anak menonton tayangan bermuatan pornografi saat pandemi. Tindakan ini
dipicu oleh rasa bosan akibat terlalu lama di rumah dan tidak dapat
berinteraksi dengan teman-temannya. Pertanyaan selanjutnya, mengapa pilihan
anak-anak disaat bosan jatuh pada tontonan yang bermuatan pornografi? Apa kabar
film anak-anak di negeri kita yang kaya akan budaya, adat, dan keindahan alam
yang tiada tara ini?
Terlepas dari
situasi Covid-19 saat ini yang menjadi penyebab anak-anak menonton hal yang
kurang baik, dunia perfilman di negeri kita memang cukup memprihatikan. Banyak
orang yang menyayangkan bahwa saat ini layar kaca mayoritas hanya dihiasi oleh
film-film untuk remaja dan orang dewasa. Dari pagi hingga larut malam yang
tayang dominan adalah film-film dewasa dan seri sinetron. Kalaupun ada
program-program lain yang ditayangkan maka berkisar pada program-program gimik
dan/atau gosip yang cenderung mengejar rating namun rendah konten edukasi.
Akibatnya anak-anak kisaran TK, SD, dan SMP kurang disediakan tayangan-tayangan
yang dipersonalisasi untuk mengakomodasi usia mereka. Mereka dengan terpaksa
mengikuti tayangan-tayangan yang ada untuk mengatasi rasa bosan. Meskipun ada
film untuk anak-anak yang ditayangkan, maka kebanyakan adalah produksi film
luar negeri. Contoh paling nyata dari film anak-anak produksi luar negeri
adalah serial animasi “Upin & Ipin”. Film ini adalah film produksi Malaysia
yang dialognya menggunakan Bahasa Melayu. Kalau diperhatikan dengan seksama, efeknya
sangat menarik dimana anak-anak di lingkungan kita amat cepat berperilaku dan menirukan
gaya bahasa dari tokoh Upin dan Ipin di film tersebut. Sehingga, disini peran
film dalam mengenalkan suatu budaya (bahasa) nampaknya sangat sukses. Apakah
kita tidak mampu memproduksi film-film untuk anak-anak kita dengan mengangkat
budaya dan adat kita sendiri?
Sejatinya,
Indonesia sudah punya serial animasi Nussa, serial animasi Islam, yang sudah
sempat tayang di televisi dan kanal YouTube. Tayangan disambut dengan
antusias oleh sebagian besar masyarakat kita. Sayangnya, saat ini penayangannya
sudah dihentikan karena terdampak pandemik Covid-19 (liputan6.com). Tetapi ini
baru satu. Indonesia adalah negara dengan keberagaman yang kaya akan keunikan
budaya, adat, dan keindahan alam. Sehingga tinggal menggarap potensi tersebut
ke dalam proyek kreatif film sebagai hiburan dan media edukasi khususnya untuk
anak-anak Indonesia. Lalu, sebagai katalisator, apa yang dapat dilakukan oleh
pemerintah menyikapi fakta sangat kurangnya film anak-anak saat ini?
Merespon keringnya film untuk anak-anak saat ini, beberapa hal dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menyediakan anak-anak tontonan yang relevan. Pemerintah mesti lebih memberikan dukungan melalui
program-program insentif yang dapat memotivasi para insan kreatif film untuk
terus berkarya secara maksimal mengemas budaya, adat, dan keindahan alam kita
menjadi film-film utamanya untuk anak-anak. Film dengan konten budaya, adat,
dan keindahan alam negeri kita tentu lebih kontekstual serta dapat menumbuhkan
rasa memiliki dan bangga pada diri anak-anak. Akan
tetapi, integrasi dengan konten TIK dan otomotif juga mesti diberikan ruang
untuk tampil, mengingat bidang ini menjadi konten paling favorit anak-anak kaum
muda. Selanjutnya, menyikapi
perkembangan teknologi dewasa ini, selain di tayangkan di bioskop dan televisi,
akan lebih efektif film-film yang sudah diproduksi tersebut di unggah pada channel
YouTube yang dibuat khusus untuk tujuan itu. Ini akan membantu orang tua
dan anak-anaknya dalam melakukan pencarian. Upaya lain yang dapat
dipertimbangkan adalah dengan mewajibkan seluruh stasiun televisi utamanya
saluran televisi pemerintah untuk menayangkan film anak-anak pada hari Minggu.
Ini menarik, karena pada hari Minggu anak-anak libur dari sekolah. Oleh
karenanya, mereka punya waktu yang cukup banyak untuk menonton. Sehingga, demi
menghindari tontonan yang kurang sesuai, maka akan lebih baik untuk menayangkan
film-film yang memang dibuat untuk anak-anak. Yang tidak kalah pentingnya, untuk
lebih menggairahkan dunia perfilman kita, pemerintah juga dapat memanfaatkan
sifat dasar manusia yang suka berkompetisi dengan mengadakan lomba kreasi film
anak-anak. Dipastikan ini akan menjadi tantangan yang sangat menarik. Selanjutnya
dibuatkan festival untuk menampilkan film-film yang meraih nominasi dalam lomba
yang telah diadakan tersebut.
Dengan demikian, kondisi film anak-anak yang sangat kurang saat ini perlu menjadi perhatian serius semua pihak utamanya pemerintah untuk menggerakkan semua komponen untuk menghadirkan tontonan yang layak untuk anak-anak Indonesia. Melalui konten film yang kontekstual, ayo kita tumbuhkan rasa bangga anak-anak Indonesia akan keunikan budaya, adat, dan keindahan alam yang kita miliki. Karena sejatinya, film juga merupakan media edukasi.
Artikel ini terbit di kolom Opini NUSABALI.com. Baca artikel ...