Pak Ahok, Ajarkan Saya

Kami akan mengajukan banding Yang Mulia …”

Masih terbayang suasana ketika menonton sidang vonis terhadapmu beberapa waktu lalu, Pak. Sekitar pukul 12.30 WITA, bersama teman-teman saya menonton detik-detik yang menegangkan tersebut walaupun saya harus berangkat ke Kuta dan mesti tiba disana sebelum pukul 16.00 WITA. Seketika saya lemas ketika Majelis Hakim menyatakan Bapak bersalah karena telah menodai agama dan dihukum selama 2 tahun. Saya hampir tidak percaya mengingat pidato Bapak di Kepulauan Seribu yang menjerumuskan Bapak ke kursi pesakitan tersebut mencuat beberapa hari setelah kejadian. Menurut saya, apabila tidak ada alasan-alasan atau motif-motif dari pihak-pihak tertentu yang ingin menjegal Bapak, Bapak tidak akan sampai pada ujung drama ini dan kemudian harus mendekam di penjara selama 2 tahun. Mengapa demikian? Apabila memang Bapak dianggap menodai agama tertentu, pasti masyarakat ditempat Bapak berpidato sudah melempari Bapak sandal atau sepatu atau apalah. Akan tetapi faktanya tidak demikian kan Pak? Jujur, saya bangga kepada Bapak yang begitu tegar dan secara disiplin mengikuti proses persidangan demi persidangan. Bapak tidak mencari-cari alasan untuk bisa mangkir dari persidangan seperti beberapa politikus pertontonkan (Oh ya, maaf saya lupa. Bapak saya anggap seorang negarawan bukan politikus) yang meskipun banyak kalangan menganggap Bapak tidak melakukan seperti yang didakwakan jaksa. Namun, saya akhirnya sedikit lega ketika Bapak menyatakan banding atas vonis yang diputus majelis hakim. Karena saya ingin melihat karakter-karakter mereka yang menjadi utusan tuhan untuk memberikan keadilan di republik ini. Saya ingin melihat mereka mendapatkan promosi setelah berhasil dengan gagah berani memutus perkaramu dengan hukuman yang bahkan lebih berat.   
Beberapa hari setelah vonis tersebut yang berbarengan dengan aksi-aksi simpati diberbagai penjuru wilayah Indonesia bahkan sampai di luar negeri, saya menunggu berita terkait penangguhan penahanan Bapak. Namun nihil. Justru yang membuat saya terkejut dan bertanya-tanya adalah keputusan Bapak yang justru membatalkan banding? Ada apa Pak? Saya bahkan melongo ketika Ibu Vero sesenggukan membacakan surat tulisan tangan Bapak. Bapak masih Bisa mengatakan,
 “… Saya telah belajar mengampuni dan menerima semua ini jika untuk kebaikan kita dalam berbangsa dan bernegara. Alangkah ruginya warga DKI dari sisi kemacetan dan kerugian ekonomi akibat adanya unjuk rasa yang mengganggu lalu lintas tidaklah tepat saling unjuk rasa dan demo dalam proses yang saya alami saat ini. Saya khawatir banyak pihak yang akan menunggangi jika para relawan unjuk rasa apalagi benturan dengan pihak lawan yang tidak suka dengan perjuangan kita …”.
Seberapa tebal lapisan yang melindungi hatimu sehingga membaja begitu kuat Pak dan tak pernah sakit hati? Bagaimana Bapak tetap memperhatikan kepentingan warga DKI (rakyat banyak) sementara mereka yang bernafsu menjatuhkanmu begitu mementingkan diri sendiri dan kroni-kroninya? Tolong ajarkan saya bertahan untuk bisa tegar sepertimu Pak. Ajarkan saya Pak. Akan tetapi, cukup ajarkan saya untuk bisa bertahan ketika pacar saya lagi ngambek karena MASALAH NEGARA INI TERLAU RUET DAN RUMIT untuk level saya yang masih buta percaturan politik Indonesia yang buas ini.

God Bless You  

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Ad Code

Responsive Advertisement

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *

Labels